Turun Tanah

Ibarat anak baru lahir ke dunia, ia belum lah bisa berbuat apa-apa
Semua yang dibutuhkan anak pasti membutuhkan pendampingan dari orangtuanya
Baik makan, minum, mandi, atau bahkan untuk tidur
Waktu-waktu yang tidak mungkin dilupakan oleh ayah dan ibunya

Hari terus berganti di setiap waktunya
Tumbuh kembang si anak semakin membuat orangtuanya tersenyum
Tak terkecuali ketika anak mulai memasuki fase-fase kemajuan
Untuk lepas dari bantuan orangtuanya
Merasakan hal yang sangat krusial dan membahagiakan
Yaitu ketika ia mencoba untuk berdiri diatas kakinya sendiri
Dan di bulan ketujuh lah, ia akan merasakan hal itu

Mirip seperti anak kecil tadi yang mencoba berdiri diatas kakinya sendiri setelah 7 bulan hadir di dunia
Begitupun aku yang tepat pada hari ini, genap berusia 7 bulan
Bukan, bukan umurku yang 7 bulan
Namun, kenanganku yang menyatakan cinta kepadamu yang berusia 7 bulan

11 November 2013 pukul 03.00 WIB bertempat di Surabaya
Di samping kolam renang
Ditemani bintang beserta satu kotak coklat dengan lilin yang besar
Hanya aku dan kau
Dan kini aku sampai ke hari ini
11 Juni 2014 pukul 03.00 WIB bertempat di Semarang
Di dalam kostan
Ditemani laptop dan suara-suara tukang bangunan
Hanya aku dan….ya hanya ada aku
Beda memang rasanya
Dulu dimana masanya aku sempat dekat denganmu
Dan hari ini, tibalah masanya dimana aku bukan lah siapa-siapa untukmu
Semua kedekatan itu seakan sirna seiring berjalannya waktu
Tak ada lagi tawamu yang renyah disetiap perjumpaan kita
Hanya timbul rasa untuk menjauh dan melupakan sebagaimana yang mungkin kau harapkan
Bahkan, untuk melihatku pun mungkin kau jijik
Melihat semua tulisan yang telah aku dalam ruang publik ini
Sudah pasti membuatmu semakin enggan mengingat siapa orang bodoh satu ini
Meludah pun akan kau lakukan untuk menghindar dariku

Benar-benar berbeda kan
Meskipun sama-sama dalam waktu 7 bulan, perlakuan orangtua si anak tadi dengan kau begitu bertolak belakang
Orangtua itu semakin mencintai dan semakin memperhatikan anaknya
Apalagi dalam waktu 7 bulan, ia mulai mencoba berdiri dengan kakinya sendiri
Menghadapi tantangan meskipun usianya masih sangat belia
Seperti itulah 7 bulan yang kuharapkan
Bukan 7 bulan yang menjijikan seperti ini
Dimana kau mulai menjauh dan menghilang
Pergi seakan-akan tak pernah mengenal satu sama lain
Jijik untuk mengingat hal-hal yang pernah terjadi
Enggan bersendau gurau lagi
Hanya bisa pergi dan mengumpat

Haaaaah, menyakitkan bukan sayangku?!
Tunggu, mana mungkin kau mau kupanggil sayang?!
Yang ada kau malah jijik dan memasang raut muka kesal, iya kan Sayan…..ahh sudahlah~
Entah apa yang harus kulakukan untuk membawa kembali masa-masa itu ke depan mataku
Berlaksa-laksa cara akan kulakukan demi mengalami masa-masa lahirku, yaitu di 11 November 2013
Menurutmu cara seperti apa yang harus kulakukan?
Ehh tunggu dulu, memangnya kau masih mau merasakan hal-hal itu?
Lagi-lagi memang harapan satu arah saja…

Selamat tujuh bulan anak kecil
Selamat merasakan berdiri di kaki sendiri…
Selamat tujuh bulan diriku
Selamat merasakan kepahitan ini~

ftTPgvDM

Take Me The Way I Am~

“If you were falling, then I would catch you.
You need a light, I’d find a match.

Cause I love the way you say good morning.
And you take me the way I am.

If you are chilly, here take my sweater.
Your head is aching, I’ll make it better.

Cause I love the way you call me baby.
And you take me the way I am.

I’d buy you Rogaine when you start losing all your hair.
Sew on patches to all you tear.

Cause I love you more than I could ever promise.
And you take me the way I am.
You take me the way I am.
You take me the way I am.”

Do you recognize this song?
I’m pretty sure you do
The singer is Ingrid Michaelson
Really such a great song
But, do you know where I get this song?
Right, on your laptop

I’m so sorry if it’s bothering you.
By the way, the first time I heard this song, it makes me..
I don’t know how to say
But, this song really familiar to me

It feels like I haven’t heard that for such a long time
Until I found that again.
But that’s not the point why I write this letter
This song only a small of many pieces that left in my mind
The biggest piece in my mind is..
You. It always have, always will. You

Why?
Why this is happening to me?
What?
What the causes of this condition?
Where?
Where all of this shit come from?
Who?
Who is the one to being responsible from all of this stuff?
When?
When this shit starts from?
How?
How I can fix this until it being normal again?

Too many questions
But there is no even a single answer
Too many things happen in a second
But there is no goddamn time to think
Too many regrets
Always feel it in everytime I wake up and fall asleep.

Your love to me, makes me wonder
Does such thing like that really exist?
You don’t have to answer it

But, do you know what’s in the deepest my heart and my feeling?
Yap, it always you and it will be..
You don’t have to feel wonder about it
You don’t have to waste time to thinking about that
You don’t have to ask even a little bit
You know what?
Because like this song’s title..
You just..
Take Me The Way I Am…

Ayah

BdJa7yMCIAAsNxu

4 Januari 1954

Satu hari dimana Tuhan mempersilahkan seorang umatnya untuk hadir di dunia ini.
Suatu hari yang dikemudian waktu selalu diperingati sebagai hari ulang tahun.
Yaa, di setiap waktu yang terulang, sudah sepantasnya umat-Nya senantiasa bersyukur atas hari-hari yang dilaluinya.

13 Februari 1997

Sebuah hari dimana Tuhan berpikir untuk menjemput kembali umat-Nya.
Hari yang tentu saja sulit untuk diterima oleh orang-orang yang mencintai umat-Nya tersebut.
Bagaimana tidak, disaat itu, pasangan hidupnya sudah harus menerima kenyataan pahit, bahwa orang yang dikasihinya sudah harus meninggalkan dunia ini.
Banyak orang yang tidak terima dengan kejadian ini, termasuk keturunannya.
Menjalani hidup seorang diri dan harus menjaga serta merawat anak-anaknya.
Dan itu harus dilalui sepanjang hari di setiap waktunya.
Tentu bukan hal yang gampang memang.

4 Januari 2014

Hari ini kembali terulang.
Hari yang sekali lagi diberikan Tuhan kepada umat-Nya.
Namun, yang berbeda ialah di hari ini, umat tersebut sudah berada di haribaan sang Empunya Hidup.
Tidak ada lagi senyum dan canda tawanya di dunia ini.
Tidak ada lagi jasmaninya yang menghiasi hidup ini.
Tidak ada lagi kebaikannya yang dapat dirasakan secara langsung oleh orang-orang sekitarnya.
Tapi satu hal yang ingin aku katakan pada hari ini,
“Terimakasih Tuhan, Terimakasih”
Karena atas rencana-Mu, kami semua bisa bertahan hingga sekarang.
Karena atas kehendak-Mu, kami bisa mengingat bahwa kami memiliki seseorang yang tangguh.

Karena atas kuasa-Mu, kami bisa tahu bahwa rencana dan kehendak yang Engkau berikan melalui momen ini adalah pelajaran hidup yang begitu berharga.
Memang tidak mudah Tuhan untuk menerima kenyataan ini.
Tapi, itu bukan berarti menjadi penghalang bagi kami untuk meneruskan hidup ini.
Memang sulit pada awalnya untuk menyadari bahwa ia tidak ada lagi disini.
Namun, melalui hal ini, Tuhan menyibakkan hal-hal indah yang ada padanya untuk senantiasa diteladani.
Sekarang, melalui Engakau sajalah Tuhan, kami sekeluarga ingin menitip pesan kepadanya.
Beritahu ia, bahwa kami baik-baik saja disini.
Beritahu ia, bahwa kami senantiasa meneladani sosoknya untuk menjadi panutan.
Beritahu ia, bahwa kami akan melampauinya dalam segala hal.
Beritahu ia, bahwa kami akan selalu mengingat dan mencintainya.
Beritahu ia, bahwa kelak akan kami bahagiakan pasangan hidupnya.
Beritahu ia, bahwa akan tiba waktunya, kita sekeluarga akan berkumpul di dekapan Tuhan, tanpa harus ada perasaan takut akan kehilangan.
Karena satu yang akan aku tuju, menjadi sosok pria yang akan jauh melampaui dirinya.
Bukankah setiap anak laki-laki harus bercita-cita seperti itu, iya kan Ayah…

Desember…

Desember 2012
Suasana saat ini adalah musim hujan ditambah angin yang memang sering bertiup kencang.
Tahun dimana pertama kali merasakan Natal dan Tahun Baru dengan jauh dari keluarga.
Sebagai anak rantau, hal ini jelas tidak mudah.
Namun tetap harus dilalui.
Anggap saja melatih diri agar tidak terbiasa dengan kemanjaan yang ditawarkan.
Bisa dianggap ini melatih agar selayaknya menjadi anak laki-laki yang diharapkan orang tua.

Desember 2013
Tak terasa satu tahun sudah terlewati.
12 bulan bukan waktu yang lama memang, namun tidak terlalu cepat.
Sebagai bukti, banyak sekali kejadian-kejadian yang terjadi.
Dimulai dari menerima IP pertama kali, merayakan ulang tahun, berbahagia dalam wisuda saudara sendiri.
Dilanjutkan dengan pernikahan sanak saudara, mengikuti perlombaan tingkat nasional, sampai pada akhirnya kembali merasakan Natal dan Tahun Baru jauh dari keluarga lagi.
Orang bilang angka 13 adalah angka sial. Bisa dibilang terbukti bisa dibilang tidak selama perjalanan tahun ini.
Yaa meskipun sedikit keberhasilan, namun lebih banyak ditorehkan mengenai kegagalan.

Tetapi tahun 2013 ini menorehkan banyak sekali pembaruan.
Dimulai dari pengetahuan, pengalaman, teman, pola pikir, dan masih banyak lagi.
Benar-benar tahun yang sangat berharga.
Semuanya terjadi begitu cepat.
Momen-momen yang sangat sulit dilupakan.
Orang-orang yang begitu mudahnya dikenang.
Tempat-tempat baru yang mengesankan.
Pengalaman-pengalaman yang dapat dijadikan sebagai mentor.
Entah apa yang terjadi pada tahun 2014 jika bekal di 2013 ini tidak dibawa.
Dan pada akhirnya, ada satu harapan yang senantiasa kita semua harapkan.
Harapan itu ialah agar sekiranya Tuhan berkenan mengizinkan supaya menjalani 2014 bersama orang-orang terkasih.
Tersenyumlah sayang dan 
Janganlah berubah…

Lupa?

Angan-anganku kembali menggerogotiku
kesemuanya datang tanpa bisa dihentikan
ujud dari usaha yang sia-sia

Tak gampang memang tuk menjauh darimu
aku yang biasanya selalu berusaha memendam
kembali kalah dengan raut wajahmu

Bayang-bayang masa lampau yang mengenakan
ingar-bingar suaramu yang selalu terdengar
senyummu yang selalu merona
anganku gagal untuk menghapusnya

Mengapa kau seakan menampikkan itu semua
emosi yang hadir di setiap perjumpaan denganmu
lembaran-lembaran kenangan yang bertambah
usaha-usaha untuk selalu berdekatan denganmu
penjelajahan yang memakan waktu berhari-hari
atau mungkin aku harus melepaskan itu semua
kuenyahkan hal-hal yang membuat sakit
anganku tentangmu belum berkembang
ngilu pun tak pernah mau untuk hadir

Kali ini, semuanya pun telah terjadi
aku biarkan hal-hal itu terpatri di dalam benakku
membekas dan enggan tuk terhapus
untuk menghargai keindahannya dan kau

Catatan: Janji. itulah hal pertama yang terlintas saat tulisan ini saya buat.
Sebuah amanat yang seharusnya ditunaikan oleh tiap-tiap orang yang telah berjanji.
Tak ayal banyak yang harus berpaling darinya karena tidak mampu menunaikannya.
Kita yang sering berkelakar bahwa diri kita selalu menepati janji, harus sadar kapan
saja ucapan itu hanya menjadi bualan semata. Seakan-akan, hal itu berkurang maknanya
tiap kali diucap di tiap harinya. Tidak jarang, banyak yang kecewa dan enggan untuk mendengarnya lagi. Padahal, berapa banyak orang yang berharap akan hasil yang timbul ketika hal itu mampu dilaksanakan. Meskipun, tidak sedikit janji itu hadir hanya dari kehendak satu orang saja, tanpa orang lain ketahui. Ini sendiri merupakan kenyataan yang tidak mungkin dipungkiri.

Tulisan ini jika sekilas dilihat memang tidak beraturan dan penggunaan diksinya juga
masih kurang padu, namun saya memilih untuk membiarkannya. Banyak yang saya pikirkan
ketika tulisan ini dibentuk. Senang, sedih, tawa, murung, senyum, kecewa, tangis, dan banyak hal
semacamnya menjadi bumbu yang kemudian diramu jadi satu hingga muncul puisi seperti ini.
Tidak seperti tulisan saya yang lain, kali ini saya meramunya dengan cara lain agar sekiranya kamu
yang aku maksud dalam tulisan ini berkenaan membaca dan menikmatinya dengan cara yang lain juga serta saya harap dengan perasaan yang lain juga. Untuk itu, jikalau memang kamu berniat membacanya, bacalah seperti ini:
bacalah menurun hanya huruf pertama di setiap barisnya.

Puisi diatas juga sebagai permintaan maaf saya kepada siapa saja atas tingkah saya yang terkadang
tidak berkenaan kepada para pembaca semua. Selain itu, tulisan ini juga sebagai pengingat saya
akan satu hal yang senantiasa saya janjikan di sepanjang harinya.

(Semarang, 11-12-2013, FWS)

Tentang Rindu, Barangkali Kau Lebih Tahu

aku bertanya-tanya pada diri sendiri
apakah aku cukup memahami siapa rindu?
bahkan, yang selama ini singgah di dadaku
bukankah kewajibanku untuk mencari tahu?

yang kutahu
ia adalah asing diantara segala yang terasing
ia adalah bisu diantara sekumpulan yang membisu
ia adalah debur dari semua yang menghambur

yang kutahu
rindu sengaja memilih jalan terjauh ketika mengantarmu pulang
rindu sengaja mencium keningmu lebih lama sebelum berpamitan
rindu sengaja memeluk tubuhmu lebih erat sebelum dipisahkan malam

rindu
entah seberapa kuat ia menghadapi dirinya
entah seberapa besar ia meredam ketakutannya

yang kutahu
akan ada masa dimana ruhnya memudar
seiring hangat perhatianmu yang mulai samar
aku benci membayangkannya

 

sumber: http://kawahluka.blogspot.com/2012_05_01_archive.html

Catatan:  Aku ingin berterima kasih yang setinggi-tingginya kepada dua orang. Pertama, kepada Mas Adimas Immanuel (@adimasnuel) yang telah membuat rangkaian kalimat yang begitu indah ini. Kedua, kepada kamu yang namanya disebut dalam ucapan terimakasih yang pertama. Terimakasih…

 

Terimakasih. Terimakasih. Terimakasih…

Surabaya, 11 November 2013, Seminggu yang lalu, tepatnya pada dini hari
Aku mencoba memberanikan diri untuk mengungkapkan apa yang menumpuk di hati ini

Entah apa yang merasuki pikiran ini untuk sampai berbuat sebegitunya,
Aku yang saat itu baru saja mengalami kegagalan pada kompetisi yang selama ini kita semua tunggu, malah mencoba untuk mengungkapkan perasaanku kepadamu. 

Saat itu, aku ketakutan..
Bagaimana bisa aku menyampaikan isi hatiku kepadamu padahal aku tahu bahwa malam sebelumnya engkau menangis gegara kekalahan itu. Aku lantas berpikir, untuk melanjutkan apa yang biasanya aku lakukan ketika aku menyangi seseorang. 

Yaa, menyimpan rasa itu selalu didalam benak ini.
Memang kelihatannya bodoh untuk terlihat hanya bisa menyimpan semuanya itu sendirian.
Ibarat bangkai, hal itu hanya menimbulkan kekalutan.
Terkadang aku juga berpikir, kenapa aku harus berbuat demikian setiap kali aku menyimpan rasa pada orang lain?

Akhirnya, Aku memberanikan diri.
Aku muak untuk selalu menyimpan hal-hal semacam itu.
Sekitar pukul 01.00, dengan berbekal sekotak kecil coklat dan sebuah lilin yang menyala, aku mendatangi kamar tempatmu bermalam.

Aku hanya bisa gemetar saat melihatmu keluar dari pintu itu.
Kepalaku langsung bertanya, “Apa harus aku berbuat seperti ini”. Namun, hati ini langsung menjawab, “Hari ini, adalah saatnya untukku mencobanya”. Karena aku berpendapat, untuk bisa dekat kepada seorang wanita, aku tidak boleh bertindak seperti wanita.
Ketika itu, kita saling tanya-jawab mengenai apa yang terjadi.
“Ini buat apa?” katamu seperti itu. Akupun langsung menjawab, “ini sebagai kelanjutan pesta ulangtahunmu yang waktu itu kita rayakan bersama-sama dengan anak tim lainnya, hanya ini lebih bersifat pribadi. Yaa, antara aku dan kau saja.”

Kalau kuingat, mungkin percakapan kita waktu itu berbicara seperti ini:
“Kenapa kamu berbuat seperti ini?”
“Aku hanya ingin bilang, kalau aku benar-benar menyukaimu.”
“Iya, terus?”
“Yaa, aku tidak tahu kenapa aku sampai berbuat seperti ini. Tapi, aku hanya ingin mengungkapkan perasaanku kepadamu. Memang agak aneh kalau kupikir, tapi yaa aku harus melakukan ini.”
“Tapi kamu tahu kan, kalo aku udah sama orang lain?”
“Iya tahu, tapi yaa aku gak peduli. Ada yang bilang kalau aku harusnya mundur, tapi tak kuhiraukan. Toh dari awal, aku memang tidak berniat merebutmu darinya. Aku hanya ingin menyampaikan apa yang aku rasa selama ini, dan kurasa kau juga yang pernah bilang kepadaku bahwa “Kalau aku suka seseorang, daripada kelamaaan dipendam, yaa mending diungkapkan saja daripada sakit nantinya”. Lagipula, yaa aku sadar, aku memang tidak pantas untuk bersamamu hehe~”
Saat aku bilang seperti itu, kau langsung tersenyum kecil sambil menganggukan kepalamu. 

Lalu kau bertanya banyak hal, seperti “Kamu kenapa menyimpan foto aku sama Tomy (pacarmu itu) di hapemu?”

Aku pun menjawab, “Jadi begini, saat kamu akan berulang tahun, aku bingung akan memberikan apa kepadamu selain kue ulang tahun. Antara baju, sepatu, atau hal-hal lainnya. Lalu aku ingat bahwa temanku pernah menghadiahkan karikatur kepada seseorang yang disukainya. Lantas aku berpikir akan hal yang sama. Nah dikarenakan saat ingin memesan karikatur tersebut kita harus membawa gambar konsepnya, aku kebingugan dikarenakan aku tidak bisa menggambar. Setelah itu, aku teringat ada beberapa foto di laptopmu yang pas untuk dijadikan sebagai karikatur. Dan anehnya lagi, kok aku pernah berniat membuat karikatur saat kamu bersama pacarmu. Hal yang aneh memang, tapi yasudalah, anggap saja sebagai doa agar kau terus langgeng bersamanya.”

“Terus kamu jadi bikin?”, tanyamu kepadaku.

“Belum sempat, karena tidak cukup waktu hehe~” jawabku seperti itu. Saat itu, kau kembali tersenyum kecil.

Baru beberapa saat kita bercengkrama, beberapa orang melihat kita berdua. Yaa itu tidak lain anak tim yang saat itu bermalam satu kamar bersamamu. Akhirnya kaupun berkata seperti ini, “Pindah tempat yuk, gak enak diliatin sama temen yang lain.”

Akupun mengiyakan dan bertanya, “Mau dimana?”

“Terserah mau dimana.”

“Gimana kalau bangku kolam renang aja? Agak tenang kondisinya”. Sesaat kemudian, kita tiba di pinggir kolam renang.

Kita kembali berbicara banyak hal, Dimulai dari awal kita bertemu, kapan pertama kali aku mulai menyukaimu, saat aku salah persepsi mengenai notes di handphonemu termasuk kunci sandinya, dan banyak hal lainnya.

Karena itu semua tersusun rapih di otak ini.
Kapan aku pertama kali memboncengimu.
Kapan pertama kali kita berfoto baik bersama anak tim maupun kita berdua saja.
Kapan pertama kali pergi riset bersama.
Sampai pada, kapan pertama kali aku benar-benar mencintaimu.
Semua tentangmu tersusun rapih di benak ini. Chat BBM dan Line, setiap gambaran tentangmu, semua tingkahmu yang kadang-kadang buatku kesal lalu tersenyum, suarmu yang begitu khas, aroma parfumu yang wangi, sampai saat dimana aku merasa kau mulai menjauh dariku.

Aku juga bilang, kau adalah alasan utama kenapa aku bisa semangat untuk mengikuti kompetisi ini. Dan itu memang terbukti. Meskipun pada akhirnya kita semua belum menang, tapi aku senang bisa mengenal orang sepertimu.

Pada saat itu, aku memang mencurahkan semuanya. Ini kulakukan agar setidaknya aku merasa lega. Ditambah setiap kali aku terdiam, kau langsung mengingatkan agar aku menceritakan semuanya biar nantinya tidak ada lagi yang mengganjal. Bahkan sampai ketika kau hendak berbicara, aku memotong secara halus agar aku setidaknya selesai lebih dahulu.

Setelah kurasa cukup, kau pun langsung berkata. “Terimakasih buat kejutannya. Aku gak nyangka kamu bisa berbuat seperti ini. Padahal, Tomy (pacarmu itu) ga sampai segininya. Sampai kamu beliin aku kue ulang tahun dan akhirnya coklat-coklat ini. Aku bener-bener berterimakasih sama kamu.”

Akupun langsung menjawab, “Ohh iya, mengenai kue ulang tahunmu itu, aku minta maaf karena agak hancur sedikit gara-gara aku buru-buru buat belinya”. Yaa, kue ulang tahunmu yang bertuliskan “Happy Birthday Indah, We Do Love You~” ditambah sekotak kecil kue berbentuk Minion menjadi kue yang kubelikan pada 29 Oktober 2013 itu. 

Sesaat setelah kau itu, kau tiba-tiba langsung melanjutkan berbicara seperti ini, “Tapi maaf, aku sudah ada yang punya. Aku gak mungkin nerima kamu. Aku gatau harus gimana ngomongnya. Maaf banget ya”.

Aku tertawa kecil dan berkata,

“Gimana mungkin kamu bisa nolak aku, kalau aku emang ga bertanya kepadamu? Aku hanya mengungkapkan, bukan bertanya.”

“Aku menyukaimu”

“Aku menyangimu”

“Aku mencintaimu”

“Tidak ada dari setiap kata itu yang bersifat menanyakan. Memangnya kau bisa menjawab sebuah pertanyaan yang diakhiri tanda baca Titik (.)?”

Engkau pun langsung terdiam. Aku juga bingung kenapa kau bisa langsung terdiam seperti itu. 

Beberapa hal yang terjadi setelah itu, terasa menenangkan. Saat kau mencoba mengelus punggungku sebanyak dua kali. Yaa, kau melakukan hal itu dikarenakan sebelumnya kau berkata, “Kamu harus mencoba lupain aku. Mungkin aku bukan yang terbaik untukmu. Mungkin diluar sana, masih banyak perempuan yang lebih cocok buatmu dari segi wajah, umur, waktu, status, dan iman.”

Aku pun langsung berpikir untuk bilang, “LO PIKIR GAMPANG NGELUPAIN ORANG KAYAK LO?!”. Tapi aku menjawab, “Aku bukan orang yang bisa langsung ngelupain seseorang begitu aja. Lagian aku takut, ketika aku mencari orang lain, itu bukan karena aku menyukainya tapi dilandaskan oleh pelampiasan semata. Aku gak mau mendekati perempuan untuk alasan seperti itu. Memang lucu kalau dipikir. Empat bulan kita berkenalan dan sekarang tiba-tiba kau menyuruhku melupakanmu begitu saja. Aku memang bodoh dalam pelajaran, tapi untuk mengingatmu dan semuanya tentangmu, aku jagonya!”

Akhirnya sesaat aku menyudahi apa yang aku pendam selama ini dan setelah kau juga menyuruhku untuk melupakanmu, Kau pun tiba-tiba berkata seperti ini..

“Aku ingin pelukan dulu…” dan dibangku kolam renang yang berwarna putih itu, Kita Berpelukan~

Saat itu, aku benar-benar merasa tenang. Seakan semua masalah terlupakan. Tidak ada yang lain, hanya Kau dan Aku saja. Dan pada saat itu juga, disamping telingamu sembari berpelukan, aku berkata..

“Terimakasih. Terimakasih. Terimakasih.”

“Terikamasih buat segalanya. Aku Menyukaimu, Aku Menyangimu, dan Aku Mencintaimu.”

Setelah itu, entah apa yang merasukiku, Aku Mencium Keningmu~

Akhirnya, sebelum kita kembali ke kamar masing-masing, aku mengingatkanmu untuk meniup lilin itu bahkan kau menyuruhku untuk meniup lilin itu bersamamu. Dan sesaat sebelum itu kita meniupnya, kita pun memejamkan mata untuk berdoa. Setelah itu, lilin itu mati karen tiupan kita berdua. Akhirnya, aku mengantarkanmu dahulu ke kamarmu lalu aku langsung beranjak ke kamarku.

Sesampainya di kamar, aku pun langsung sedih.
Sedih karena kita tidak akan dikarantina dan tinggal serumah bersama lainnya.
Sedih karena aku tidak bisa melihatmu saat simulasi sidang.
Sedih karena tidak ada lagi pergi riset bersamamu.
Sedih karena harus kembali ke kehidupan awal tanpa ada kepastian aku bisa melihatmu disetiap harinya.

Sejenak, Aku juga senang.
Karena hari itu, aku berhasil mengungkapkan perasaanku kepadamu.
Kaulah orang pertama yang membuatku berbuat seperti itu.
Kaulah orang pertama yang benar-benar membuatku menyadari akan pentingnya mencintai seseorang.
Dan sebelum aku mengakhiri tulisan ini, aku ingin berkata satu hal. Hal yang sama ketika aku mengatakannya disamping daun telingamu.

Terimakasih. Terimakasih. Terimakasih.

Untukmu yang spesial, Indah Syajratuddar~~~

Lagu yang Tak Kuhiraukan

 

And there’s no stopping us right now

I feel so close to you right now

Yaa, itu merupakan sepenggal lirik lagu dari Calvin Harris yang berjudul Feel Close To You

Bukan apa-apa aku mengutip lagu itu

Semua dikarenakan makna yang timbul dari lagu itu

Juga tafsiran-tafsiran yang bergonta-ganti saat ku mendengar lagu itu

Serta dalam momen seperti apa aku menikmati lagu itu

 

Aku  suka mencintai lagu berdasarkan beberapa hal

Terkadang, aku mulai menyukai suatu lagu karena lirik yang terkandung didalamnya

Tak jarang, aku menyukainya karena saat aku mendengar lagu tersebut, aku berada di momen yang membahagiakan

Namun seringnya, aku menyukai lagu karena gabungan dua hal tersebut

 

Aku suka mendengarnya dalam kondisi apapun

Baik saat belajar, merenung, ataupun berkendara

Tapi baru-baru ini, aku tidak pernah mendengar lagu itu saat berkendara

Itu terjadi ketika aku memboncengimu di motormu itu

 

Yaa, aku yang baru mengenalmu dalam beberapa bulan

Merasa begitu dekat padamu

Aku yang biasanya selalu mendengar lagu itu saat berkendara

Tak kudengarkan barang selirikpun asalkan kau bersamaku saat itu

 

Aku mencari alasan mengapa aku tak mendengar lagu itu saat aku bersamamu 

Dan aku sadar bahwa

“Bagaimana mungkin aku hanya merasa dekat padamu padahal aku memang benar-benar didekatmu?!”

“Bagaimana bisa aku membiarkan diriku terbuai dalam lirik lagu itu, sementara aku bisa terbuai padamu?!”

“Bagaimana bisa ada orang yang bisa menghentikan kita, padahal memang tidak ada yang menghentikan kita?!”

 

Calvin Harris salah

Feel close to you salah

And there’s  no stopping us salah

Lirik-lirik lagu itu salah

Karena hanya dirimu yang saat itu benar-benar didekatku adalah suatu yang benar

 

Canda tawamu yang renyah itu

Alismu yang melengku saat kau tersenyum

Pipimu yang begitu tembem dan empuk saat tertawa

Ohh, dan matamu yang begitu bernanar saat kau melihatku

 

Aku senang

Karena kau berada didekatku

Aku tenang

Karena kau suka tersenyum padaku

Tapi aku takut

Takut, jika suatu saat aku hanya bisa merasa didekatmu tanpa benar-benar didekatmu

Takut, saat kita terpisah oleh orang lain

Takut, ketika aku kembali mendengar lagu itu tanpa kau sebagai wujud nyata dari lirik-lirik itu

 

Kuyakinkan diriku

Juga berharap pada saatnya nanti

Aku tak perlu merasa takut akan kehilanganmu

Sekalipun kau jauh dariku

Walaupun kau mungkin bersama orang lain

Dan bahkan ketika kau tak menegurku 

Aku akan mendengar lagu itu saat aku berkendara

Menuju tempatmu yang jamak itu

Sampai aku menemukanmu

Dan ketika berhenti mendengar lagu itu

Itu berarti, saat itu, aku benar-benar berada didekatmu

Dan tidak akan ada yang menggangu kita…

Saat Itu…

Saat itu waktu dini hari

Saat jalan—jalan tampak sepi

Dimana semua gaduh mulai menepi

Waktu yang pas untuk menyindiri

Jauh dari orang—orang yang diketahui

Hanya untuk membunuh ramai

Saat itu suasana berbeda

Untuk sesaat, jalan—jalan tidak lagi sunyi

Terdengar suara—suara tawa sepanjang aspal

Disertai bumbu guyonan tingkah bodoh

Berasal dari suara motor yang terlintas

Dan aku sadar, bahwa tawa itu berasal dari Aku dan Kau

Betapa tidak aku ingat akan saat itu

Saat dimana malam menjadi milik kita berdua

Saat dimana semesta iri menyaksikan kita berdua

Saat dimana tidak ada masa lalu maupun masa depan

Saat dimana hanya ada masa kini

Saat dimana, Aku berharap waktu berhenti

Itu semua karenamu

Bentuk matamu ketika kau tersenyum

Bentuk alismu ketika kau tertawa

Bentuk bibirmu ketika berbicara

Bentuk aku menjadi pria yang beruntung

Bentuk—bentuk seperti itulah yang kurasakan selama perjalanan kita

Saat itu, kau bilang suka suasana sepi seperti ini

Lalu aku hanya mengiyakan

Saat itu, kau bertanya apakah aku juga suka suasana seperti ini

Hanya satu yang terlintas di pikiranku dan terucap di bibirku

“andai saja saat perjalanan kita terdapat lampu merah disetiap meternya..”

Aku sadar mengapa aku berkata begitu

Karena aku ingin kita berkendara selalu

Tanpa harus menemukan tujuan akhir yang membuat kita berhenti

Karena aku ingin kita bersenda—gurau

Tanpah harus terhenti dikarenakan waktu

Karena aku ingin tidak ingin tidur

Tanpa ada jaminan pasti bahwa mimpiku nanti lebih indah daripada saat aku bersama Indah

Bagaimanapun aku berusaha

Seperti apapun aku melawan

Dengan cara apapun aku bertindak

Ini harus berakhir dulu

Karena jikalau aku terus berusaha agar kejadian ini jangan berakhir

Itu berarti aku harus membuatmu merasa lelah

Dan aku tidak ingin itu terjadi

Lalu kita kembali

Mencoba untuk menyudahi perjalanan

Karena aku tahu, matamu tidak selamanya terbuka

Karena aku tahu, jok motor bukanlah tempat yang cocok untuk beristirahat

Karena aku tahu, semilir angin malam tidak bagus untuk kesehatanmu

Maka dari itu, tutuplah matamu untuk sejenak

Baringkan tubuhmu pada empuknya kapuk—kapuk kasur

Tutupi dirimu dengan juntaian selimut hangat yang kupasangkan

Dan jangan khawatir akan hari esok

Di hatiku, aku sudah berdoa untuk hari—hari mendatang yang akan kita hadapi

Dan saat itu

Aku berhasil mempecundangi semesta

Karena saat itu..

Semesta iri karena aku mendekapmu begitu erat…

Kesan, Pesan, dan SNMPTN

SNMPTN Tulis…

Salah satu jalur masuk PTN yang mempunyai kuota hingga 50%

Jalur yang paling mendebarkan.

Juga jalur yang paling banyak membuat keajaiban dan kesan.

Mungkin seperti itulah gambaran gue tentang SNMPTN Tulis. Ada yang mungkin setuju, ada juga yang kurang setuju.

Sebelum bicara tentang pengalaman di SNMPTN Tulis, gue juga sebenernya mantan calon peserta SNMPTN Undangan. Kenapa gue bilang mantan calon? Yaa karena pas diumumin pertama kali nama gue lolos jalur undangan, namun dicek beberapa hari kemudian, gue bersama puluhan temen seangkatan gue gagal lolos jadi peserta SNMPTN Undangan karena kuotanya sekolah gue yang kemungkinan diturunin. Sedih? Iya. Kecewa? Banget. Dan yang parahnya lagi, orangtua gue yang awalnya seneng gue lolos undangan harus nenggak pil pahit kenyataan ini.

Setelah dipikir, mungkin ini “sentilan” dari Tuhan buat gue. Kenapa? Karena pas dikasih tau gue salah satu dari calon peserta jalur undangan, gue langsung bersorak kegirangan tanpa mikirin perasaan temen—temen gue yang belum lolos. Dengan sok bijaknya, gue menyemangati mereka tanpa memahami perasaan mereka. Hasilnya ya gue Gak Lolos! Kampret!

Bukan cuma gagal di undangan, gue yang berharap PTK Akademi Imigrasi dibuka malah ditahun 2012 ga nerima taruna baru. Ibarat main PES, udah gagal ngegolin, malah kebobolan di menit akhir. Double Kampret!

Menyerah? ENGGAK BAKAL!!!

Habis kejadian itu, gue bersumpah ga bakal sesumbar lagi. Pas pengumuman UN, gue langsung dipeluk nyokap karena berhasil lulus tapi gue bilang “Ini belum seberapa. Masih ada yang harus aku hadapi”. Pasca UN, gue hidup kayak orang yang ga siap tes SNMPTN Tulis. Kadang main futsal, baca komik, gaming, dan banyak lagi. Sampe nyokap bilang “Mama ga ada duit kalo nguliahan kalian berdua di swasta!” DHEG! Kenapa berdua? Karena gue kembar. Gue dan kembaran gue kepengen kuliah di PTN. Ditambah nyokap gue yang berstatus single parent dan mempunyai tanggungan 4 orang anak. Setelah gue resapi perkataan nyokap, saat itu, semua mulai berubah.

Gue pun mulai serius les. Biaya les gue sendiri (dan kembaran gue) ditanggung nyokap + tante gue. Mulai dikurangin nongkrongnya, main futsal, sama gaming-nya. Sengaja milih waktu intensif  dari pagi sampe siang biar kebiasaan bangun pagi terus habis les masih bisa konsul sampe sore, seminggu sekali ada try out dari bimbel, ngumpulin soal—soal dari bimbel lain, ngerjain buku—buku dari bimbel sampe ikutin try out yang diadakan bimbel lain. Yaa meskipun terlihat rajin, tapi tetep aja nilai gue jeblok mulu. Try out nilainya pas—pasan, soal Matematika ga pernah ngerjain lebih dari 3, dan kampretnya lagi, gue selalu dibandingin sama kembaran gue yang setiap try out nilainya lebih tinggi. Dari 7 kali try out  di setiap minggunya, nilai gue juga dianggap masih pas—pasan buat masuk Hukum UNDIP. Huuffffftngedhh~~~

Belasan hari sebelum  tes SNMPTN tulis, gue harus registrasi online buat pendaftaran. Beda sama kebanyakan orang yang udah nentuin pilihan ke-1 dan ke-2, gue malah baru nentuin pilihan kedua gue yaitu Pendidikan Sosiologi-UNJ. Gue yang awalnya pengen Hukum UNDIP, dikasih liat data tahun 2011 sama guru konseling bahwa peluang masuk jurusan itu melalui SNMPTN Tulis adalah 1 : 12. Yang berarti 1 orang nangis bahagia berhasik masuk Hukum UNDIP, sedangkan sisanya harus nangis kecewa. Gue nyoba semangatin diri sendiri, ehh guru gue bilang perbandingan untuk Hukum Undip tahun ini bisa meningkat. Triple Kampret!

Bingung? Jelas. Pusing? Yoi. Takut? Banget. Secara ga sadar, gue malah sempet milih Ilmu Pemerintahan-UNDIP di pilihan pertama yang “katanya” perbandingan persaingannya ga seperti Hukum Undip. Pas mau klik tombol konfirmasi, gue nanya ke temen gue, “gue jadinya milih apa nih?”, dia cuma bilang, “jangan nurunin standar pilihannya, tapi naikin usahanya.” Ditambah guru konseling gue juga bilang, “udah coba aja Hukum UNDIP”. Setelah merenung, gue mantapkan pilihan gue yaitu.

Ilmu Hukum – Universitas Diponegoro

Pendidikan Sosiologi – Universitas Negeri Jakarta

Setelah gue konfirmasi pilihan, ternyata gue tes di SMA N 7  Tanah Abang. Dalem hati “MAMPUS, ITU SEKOLAH DIMANAAA??”. Udah katanya jalan kesitunya macet kalo jam sibuk ditambah gue ga ada kendaraan. Combo Kampreeet!

Saking stressnya, gue malah mau nginep di pengadilan tempat tante gue kerja yang katanya sih berlokasi di Tanah Abang. Tapi untungnya ada temen sekelas bimbel gue berbaik hati mau minjemin motornya buat gue pake untuk survey dan tes. Sampe sekarang gue gak lupa namanya yaitu Ahmad Fadillah. Bener kata pepatah, hidup kayak roda. Kadang dibawah, kadang dibawah banget.

H-7 : Gue mau ngapain?

H-6 : Ini gue lagi ngapain?

H-5 : Enaknya ngapain?

H-4 : Ikut nyokap survey, kena macet, dari Kampung Melayu ke lokasi tes hampir 2 jam.

H-3 : Sentuh dikit aja deh tuh soal—soal.

H-2 : Yaa gereja dulu biar tenang.

H-1 : Berbekal motor pinjeman, gue nganterin nyokap kerja. Di Kampung Melayu, nyokap naik bis, gue lanjut survey.

H-10 jam : Berdoa aja deh biar tenang. Tetiba nangis~

H-4 jam   : Kebangun, berdoa lagi aja deh. Ehh “bocor” lagi~

H-3 jam   : Udah siap—siap mau pergi, mohon izin sama doa sama ibu dulu.

H-1 jam   : Kebetulan gue selokasi sama beberapa temen SMA, salah satunya bernama Muhammad Fatih (sekarang menjadi Mahasiswa Universitas Brawijaya jurusan Bisnis Internasional). Sama—sama ga bisa rileks, akhirnya makan roti yang dibawa doi.

H-30 mnt : Kebelet boker gara—gara rotinya. Kampret emang!

H-asu   A   : 1) Tes dimulai. Dimulai dengan TPA. Dari 75 soal, ngerjain ga nyampe dari 60 soal.                                                                                                                                     Tes kedua yaitu MTK, B. Indonesia, dan B. Inggris. Dari 45 soal, yang dikerjaiin ga lebih dari 25 atau 27 soal. Khusus buat MTK, udah ngerjain cuma 3, ehh salah 2. Fuuuuuuuuuuuu!!

H-asu    B     :  Karena mulainya agak siang, yaudah  jadi perginya bareng nyokap dengan motor pinjeman. Sempet sarapan lontong sayur dulu di Kampung Melayu. Habis sarapan, lalu minta doa, terus ke tempat tes. Karena berangkat jam 6.45, alhasil harus ngelewatin                    macet dulu.

Tes dimulai. Sejarah, Geografi, Sosiologi, dan Ekonomi/Akuntansi. Penyakit hari pertama kambuh. Kebelet boker gara—gara efek lontong sayur + ngerjain soal yang ga sesuai target. Dari 60 soal, cuma bisa ngerjain 45 atau 48 soal. Waktu sisa 10 menit, yang lain pada ngecek jawaban, gue memutuskan untuk stop lihat soal dan menutupnya. Takut malah makin bimbang sama jawaban sendiri. Alhasil, waktu 10 menit terakhit pun gue pake buat berdoa. What I’ve learned, what I’ve known, what I’ve believed, I put this answers and the result in God’s hands. Semua yang terjadi adalah kehendak-Mu.

 

H+1              : Gue diajak temen bimbel gue buat ngecek jawaban sama guru bimbel. Gue yang pas itu tahu nilai MTK pasti jelek, milih ga mau ngikut ngecek.

Hari—hari pun gue jalanin normal kembali. Kembali nongkrong, wara—wiri bareng temen gereja, nganterin nyokap kesani—sini, dan semua hal yang tertunda selama intensif SNMPTN Tulis. Tapi, hampir semua kegiatan itu ga “ngena” di hati. Gimana mau “ngena”  wong  lagi deg—degan nunggu pengumuman.

3 Juli 2012 : Bentar lagi pengumuman.

4 Juli 2012 : Duh…

5 Juli 2012 : Gimana nih hasilnya…

6 Juli 2012 : Jam 17.00, hari Jum’at. Sesuai kebiasaan, setiap hari Jum’at gue pasti jemput nyokap di deket stasiun tempat dia turun. Dia udah tahu kalo sekarang pengumumannya, tapi gue bilang kalo belom gue cek.

Jam 19.00. pengumuman udah keluar. Gue? Gue malah lagi enak makan soto bareng nyokap. Selama makan, dia selalu nanya tapi tetep gue bilang belum tahu.

Jam 20.30. di rumah. Nyokap udah ngebentak—bentak pengen tahu hasilnya. Gue sama kembaran gue awalnya janjian buat liat pengumuman lewat koran aja. Saat itu, nyokap udah bilang, “Gak lulus kalian berdua itu!”. Gue milih diem. Pas agak malem, kembaran gue pergi ke warnet, gue mikirnya paling mau main. Gue sendiri milih online Twitter. Di linimasa (timeline) udah rame yg update. Ada yang seneng, ada juga yang sedih, dan ada pula yang gatau perasaan temennya satu sama lain. Ada~

7 Juli 2012 : Jam 04.00. tetiba kebangun karena mimpiin sesuatu yang aneh. Mimpi gue yaitu kalo gue sedang berdiri di salah satu kelas 12. Anehnya saat itu, gue ga make baju putih abu—abu, melainkan baju santai, celana oblong, ditambah almamater UNDIP. Dalam hati, “ini pertanda apaan lagi?”

Jam 05.00. udah ga bisa tidur. Mending berdoa.

Jam 06.30. gue liat nyokap baru pulang belanja. Raut mukanya masih kesel.

Jam 07.30. selagi sarapan, nyokap nyamperin gue dan nanya hasil tes dengan nada kesel. Gue disitu bilang belom tau. Tiba—tiba, nyokap banting batu bata ke lantai saking keselnya. Sarapan gue udah ga berasa. Terus nyokap nanya ke Nando sambil nanya hasilnya. Tetep dengan suara kesal. Ehh si Nando malah bilang, “Kok anaknya masuk Manajemen UNDIP dimarahin sih”. Nyokap langsung nangis dan meluk dia. Gue dalam hati “kampret katanya mau liat koran aja gataunya udah ngecek duluan”. Sarapan gue tambah ga berasa.

Jam 08.00. nyokap lagi nelfon ke saudara—saudara lainnya ngasih kabar kelulusan Nando diterima di UNDIP. Karena makin penasaran, gue stop dulu sarapan lalu ngecek koran yang dibeli nyokap. Gue ngecek satu—satu dari awal biar berurutan. “Kelamaan nyeet!” dalam hati gue. Akhirnya gue langsung nyari nomor peserta gue. Dan enggak disangka, nama gue nyempil di dalam tuh koran. Gue langsung teriak seneng dan bilang nyokap kalo gue juga keterima. Terus nyokap nanya, “keterima dimana?” gue belom liat lebih lanjut. Gue liat lagi tuh koran dan tenyata gue diterima di HUKUM UNDIP!!!

2123017909(nomor peserta)Fernanda Wahyu 432053(kode Hukum UNDIP).

Setelah gue bilang ke nyokap kalo gue diterima di Hukum UNDIP, gue langsung dipeluk. Dan dia kembali memberitakan kepada saudara—saudara yang lain bahwa gue dan kembaran gue, Nando lolos SNMPTN Tulis 2012 dan berhasil masuk Universitas Diponegoro.

Saat itu, beberapa temen SMA gue nanya masuk mana. Gue cuma bales yang via BBMitupun Cuma beberapa, kalo yang via Twitter, gue milih ga jawab dulu. Kenapa? Kembali keatas, karena gue gamau sesumbar. Ini berdasar pengalaman gue pas SNMPTN Undangan sebelumnya. Gue gamau jadi orang yang sok bijak yang menyemangati orang lain yang belum berhasil. Gimana gue bisa ngertiin perasaan mereka, kalo gue ga menjadi salah satu yang merasakan hal yang sama?!

Memang benar SNMPTN Tulis itu mendebarkan. Para pesertanya harus menghadapi materi yang jauh lebih susah dari Ujian Nasional. Lokasi ujian dan jalan yang ditempuh. Dan banyak lagi.

Memang benar SNMPTN Tulis itu wadah munculnya keajaiban dan kesan. Bisakah orang yang rangkingnya jeblok masuk PTN? Dapatkah orang yang pas soal MTK cuma jawab 3 itupun salah 2 keterima di PTN? Kok orang bodoh keterima di PTN?

If you are “bodoh” but not “masa bodoh”, you can still be saved!

Sama seperti apa yang @radityadika tulis dalam chapter terakhir di novel non-fiksi “Radikus Makankakus”, bahwa pas dia keterima di UI, dia biasa aja. Tapi dia senyum—senyum ga berhenti. Kenapa? Karena bukan keterima di UI yang bikin ia senang, tapi ia bangga bisa menghadirkan senyum di raut wajah orangtuanya. Dan gue beserta Nando pun diizinkan Tuhan untuk  bisa menghadirkan senyum bahagia di mata ibu kami. Seorang single parent berhasil membawa kedua anaknya masuk PTN yang diharapkan.

Di saat banyak orang meragukan, kami beri pembuktian. Ibu bilang, “hasil kelulusan kalian berdua, merupakan ‘tamparan’ bagi orang yang kerjanya hanya menjatuhkan dan ‘air segar’ bagi keluarga kalian.”

Setelah nyokap memberti tahu keberhasilan kami berdua kepada sanak saudara, terus gue harus ngapain? Ngumbar kelulusan gue gitu di media sosial? Update di Facebook dan Twitter? Bilang ke semua kawan—kawan kalo gue lolos gitu?  Mending lanjutin sarapan. Karena saat itu, sebungkus nasi uduk sudah berasa sebagaimana mestinya di mulut penulis.

 

 

 

Fernanda Wahyu Simbolon, mahasiswa program strata-1 jurusan Ilmu Hukum Universitas Diponegoro.

Dalam rangka mengenang kembali SNMPTN Tulis.

Semarang, 13 Juni 2013.