Desember…

Desember 2012
Suasana saat ini adalah musim hujan ditambah angin yang memang sering bertiup kencang.
Tahun dimana pertama kali merasakan Natal dan Tahun Baru dengan jauh dari keluarga.
Sebagai anak rantau, hal ini jelas tidak mudah.
Namun tetap harus dilalui.
Anggap saja melatih diri agar tidak terbiasa dengan kemanjaan yang ditawarkan.
Bisa dianggap ini melatih agar selayaknya menjadi anak laki-laki yang diharapkan orang tua.

Desember 2013
Tak terasa satu tahun sudah terlewati.
12 bulan bukan waktu yang lama memang, namun tidak terlalu cepat.
Sebagai bukti, banyak sekali kejadian-kejadian yang terjadi.
Dimulai dari menerima IP pertama kali, merayakan ulang tahun, berbahagia dalam wisuda saudara sendiri.
Dilanjutkan dengan pernikahan sanak saudara, mengikuti perlombaan tingkat nasional, sampai pada akhirnya kembali merasakan Natal dan Tahun Baru jauh dari keluarga lagi.
Orang bilang angka 13 adalah angka sial. Bisa dibilang terbukti bisa dibilang tidak selama perjalanan tahun ini.
Yaa meskipun sedikit keberhasilan, namun lebih banyak ditorehkan mengenai kegagalan.

Tetapi tahun 2013 ini menorehkan banyak sekali pembaruan.
Dimulai dari pengetahuan, pengalaman, teman, pola pikir, dan masih banyak lagi.
Benar-benar tahun yang sangat berharga.
Semuanya terjadi begitu cepat.
Momen-momen yang sangat sulit dilupakan.
Orang-orang yang begitu mudahnya dikenang.
Tempat-tempat baru yang mengesankan.
Pengalaman-pengalaman yang dapat dijadikan sebagai mentor.
Entah apa yang terjadi pada tahun 2014 jika bekal di 2013 ini tidak dibawa.
Dan pada akhirnya, ada satu harapan yang senantiasa kita semua harapkan.
Harapan itu ialah agar sekiranya Tuhan berkenan mengizinkan supaya menjalani 2014 bersama orang-orang terkasih.
Tersenyumlah sayang dan 
Janganlah berubah…

Lupa?

Angan-anganku kembali menggerogotiku
kesemuanya datang tanpa bisa dihentikan
ujud dari usaha yang sia-sia

Tak gampang memang tuk menjauh darimu
aku yang biasanya selalu berusaha memendam
kembali kalah dengan raut wajahmu

Bayang-bayang masa lampau yang mengenakan
ingar-bingar suaramu yang selalu terdengar
senyummu yang selalu merona
anganku gagal untuk menghapusnya

Mengapa kau seakan menampikkan itu semua
emosi yang hadir di setiap perjumpaan denganmu
lembaran-lembaran kenangan yang bertambah
usaha-usaha untuk selalu berdekatan denganmu
penjelajahan yang memakan waktu berhari-hari
atau mungkin aku harus melepaskan itu semua
kuenyahkan hal-hal yang membuat sakit
anganku tentangmu belum berkembang
ngilu pun tak pernah mau untuk hadir

Kali ini, semuanya pun telah terjadi
aku biarkan hal-hal itu terpatri di dalam benakku
membekas dan enggan tuk terhapus
untuk menghargai keindahannya dan kau

Catatan: Janji. itulah hal pertama yang terlintas saat tulisan ini saya buat.
Sebuah amanat yang seharusnya ditunaikan oleh tiap-tiap orang yang telah berjanji.
Tak ayal banyak yang harus berpaling darinya karena tidak mampu menunaikannya.
Kita yang sering berkelakar bahwa diri kita selalu menepati janji, harus sadar kapan
saja ucapan itu hanya menjadi bualan semata. Seakan-akan, hal itu berkurang maknanya
tiap kali diucap di tiap harinya. Tidak jarang, banyak yang kecewa dan enggan untuk mendengarnya lagi. Padahal, berapa banyak orang yang berharap akan hasil yang timbul ketika hal itu mampu dilaksanakan. Meskipun, tidak sedikit janji itu hadir hanya dari kehendak satu orang saja, tanpa orang lain ketahui. Ini sendiri merupakan kenyataan yang tidak mungkin dipungkiri.

Tulisan ini jika sekilas dilihat memang tidak beraturan dan penggunaan diksinya juga
masih kurang padu, namun saya memilih untuk membiarkannya. Banyak yang saya pikirkan
ketika tulisan ini dibentuk. Senang, sedih, tawa, murung, senyum, kecewa, tangis, dan banyak hal
semacamnya menjadi bumbu yang kemudian diramu jadi satu hingga muncul puisi seperti ini.
Tidak seperti tulisan saya yang lain, kali ini saya meramunya dengan cara lain agar sekiranya kamu
yang aku maksud dalam tulisan ini berkenaan membaca dan menikmatinya dengan cara yang lain juga serta saya harap dengan perasaan yang lain juga. Untuk itu, jikalau memang kamu berniat membacanya, bacalah seperti ini:
bacalah menurun hanya huruf pertama di setiap barisnya.

Puisi diatas juga sebagai permintaan maaf saya kepada siapa saja atas tingkah saya yang terkadang
tidak berkenaan kepada para pembaca semua. Selain itu, tulisan ini juga sebagai pengingat saya
akan satu hal yang senantiasa saya janjikan di sepanjang harinya.

(Semarang, 11-12-2013, FWS)

Tentang Rindu, Barangkali Kau Lebih Tahu

aku bertanya-tanya pada diri sendiri
apakah aku cukup memahami siapa rindu?
bahkan, yang selama ini singgah di dadaku
bukankah kewajibanku untuk mencari tahu?

yang kutahu
ia adalah asing diantara segala yang terasing
ia adalah bisu diantara sekumpulan yang membisu
ia adalah debur dari semua yang menghambur

yang kutahu
rindu sengaja memilih jalan terjauh ketika mengantarmu pulang
rindu sengaja mencium keningmu lebih lama sebelum berpamitan
rindu sengaja memeluk tubuhmu lebih erat sebelum dipisahkan malam

rindu
entah seberapa kuat ia menghadapi dirinya
entah seberapa besar ia meredam ketakutannya

yang kutahu
akan ada masa dimana ruhnya memudar
seiring hangat perhatianmu yang mulai samar
aku benci membayangkannya

 

sumber: http://kawahluka.blogspot.com/2012_05_01_archive.html

Catatan:  Aku ingin berterima kasih yang setinggi-tingginya kepada dua orang. Pertama, kepada Mas Adimas Immanuel (@adimasnuel) yang telah membuat rangkaian kalimat yang begitu indah ini. Kedua, kepada kamu yang namanya disebut dalam ucapan terimakasih yang pertama. Terimakasih…